Selflessly [8/10]

Selflessly

Delapan

Pernikahan yang Seharusnya Dinantikan

Hanya perlu dua bulan untuk mempersiapkan pernikahan tanpa persiapan itu. Johara sudah mengenal hampir semua anggota keluarga Dewa sejak beberapa tahun lalu, begitu pula sebaliknya. Rencana pernikahan itu tidak tergolong aneh karena semua orang pun tahu bahwa Dewa dan Johara sudah menjalin hubungan sejak lama. Hanya sedikit orang di sekitar mereka yang tahu bahwa mereka pernah berpisah.

“Gue mau menikah sama Dewa lusa.”

Randy terkejut ketika Johara mengeluarkan undangan pernikahan dan memberikannya dengan wajah datar. Undangan indah itu didominasi warna biru muda. Randy tak mengira, setelah dua bulan tak berjumpa, Johara akan repot-repot mengendarai mobil sport putihnya ke parkiran kos Randy demi mengantar undangan.

Continue reading Selflessly [8/10]

Selflessly [7/10]

Selflessly

Tujuh

Berita Menyakitkan Bisa Membunuh Seseorang

Beberapa hari kemudian, hari pernikahan Violet pun datang. Johara sudah menyiapkan sebuah gaun biru yang sangat manis saat dipakai. Randy datang ke apartment wanita itu sejak siang, membantunya bersiap.

“Lo ngapain repot-repot begitu, Johara? Ke salon aja. Langsung kelar semua.”

“Gue gak demen sama dandanan salon,” balas Johara.

Randy menggeleng takjub melihat Johara usaha keras menggulung rambut kecokelatan itu jadi berombak. Wanita itu belum selesai menggunakan make up di wajahnya. Hanya foundation yang sudah digunakan Johara saat Randy datang.

“Lo mau gue bantu?” Randy bertanya.

Continue reading Selflessly [7/10]

Selflessly [6/10]

Selflessly

Enam

Cinta Tanpa Pamrih

Seperti kata-katanya, Randy menyelesaikan hubungannya dengan Silvi. Randy menjalin hubungan yang lebih romantis sekaligus berkomitmen dengan Johara. Mereka sepasang kekasih, tinggal bersama di apartment Johara yang tidak luas itu, dan tentu saja berada dalam masa-masa paling bahagia di hidup mereka.

“Pagi, Johara. Gue nyeduh air panas kalau lo mau bikin susu.”

Continue reading Selflessly [6/10]

Selflessly [5/10]

Selflessly

Lima

Hubungan yang Lebih Jauh

Kejadian waktu itu hanya awal dari hubungan tanpa nama yang dijalani Randy dan Johara. Malam-malam lainnya, Randy membuat berbagai alasan agar bisa menginap di tempat Johara. Alasan-alasan asal-asalan itu diterima Johara dengan senang hati karena dia juga berkenan kalau Randy menginap di apartment kecilnya.

“Halo, Ko?” Randy menjawab telepon kakaknya. “Oh, begitu. Gue lagi sama temen gue, dosen yang waktu itu. Iya, Ibu Johara,” katanya sambil mengangguk. “Ya kebetulan gue juga mau ke kampus. Gue bisa jemput Adit dulu. Oke, Ko.”

Continue reading Selflessly [5/10]

Selflessly [4/10]

Selflessly

Empat

Berbagi Potongan Cerita Masa Lalu

Di satu hari lain, sesudah les, turun hujan di seluruh area kota. Masuk ke musim hujan, Jakarta seperti diterjang air bah tiap hari. Payung menjadi atribut wajib yang harus ada di tas Johara. Kecuali kalau ia membuat kesalahan, meninggalkannya di meja ruang dosen sebelum pergi ke ruang les Bahasa Korea. Johara pun tertahan di lobi, menatap hujan yang begitu deras.

“Lo belum pulang?” Continue reading Selflessly [4/10]

Selflessly [3/10]

Selflessly

Tiga

Kisah Milik Randy

Lahir di Yogyakarta hanyalah sebuah insiden kecil yang mengawali hidup Ranjuni Diviera Santo, akrab disapa Randy. Ia ‘numpang lahir’ di kota tersebut karena orangtuanya sedang menghadiri acara keluarga di sana dua puluh lima tahun lalu. Insiden lainnya adalah kesalahan dokter yang memperkirakan jenis kelamin Randy perempuan. Mungkin di masa itu, teknologi kedokteran belum secanggih sekarang. Kesalahan itu, meski tak fatal, memberikan dampak tersendiri bagi Randy karena orangtuanya telah menyiapkan nama perempuan.

Continue reading Selflessly [3/10]

Selflessly [2/10]

Selflessly

Dua

Cerita Tentang Johara

Ia lahir di Doha, Negara Qatar, dua puluh lima tahun yang lalu dengan nama lengkap Johara Hannah Maurer. Ayahnya, Max Maurer, adalah pilot Jerman yang berkarir di perusahaan penerbangan Qatar. Di salah satu perjalanan yang dipimpin Max, ia bertemu Regine, dokter gigi yang aktif dalam organisasi kemanusiaan internasional. Johara adalah anak mereka satu-satunya sebelum akhirnya mereka bercerai. Regine menikah lagi dengan Adi Tan, arsitek Indonesia, dan akhirnya pindah ke Jakarta bersama Johara.

“Pagi, Non. Tuan sama Nyonya ngajak sarapan, Non.”

Continue reading Selflessly [2/10]

Selflessly [1/10]

Selflessly

Satu

Perjumpaan Pertama Disebut Kebetulan

‘Para penumpang yang terhormat, sebentar lagi akan dibagikan makan malam oleh awak kabin pesawat. Saat ini waktu menunjukkan pukul sepuluh malam waktu Doha, waktu di tempat keberangkatan. Diperkirakan, kita akan mencapai Jakarta dalam sepuluh jam. Terima kasih sudah memilih terbang bersama Qatar Air.’

Johara menatap pramugari berseragam biru tua yang tersenyum sopan padanya sambil mendorong cart berisi makan malam. Pramugari itu menuangkan segelas apple juice yang diminta Johara sebelum bertanya lagi pada wanita itu.

Continue reading Selflessly [1/10]

London

London

a 1500-words 100-years love story by Joanne Andante

with K and J

-happy reading-

 

London, 1940, Masa Perang Dunia II

“Apa kau bisa tidur tadi malam? Kau tidak takut mati, ya?” Kay mendengus. “Suara dengkuranmu bahkan mengalahkan suara ledakan bom tadi malam. Aku tidak pernah mendengar perempuan mendengkur sekeras itu.”

Candaan sinis tentang kematian dari mulut Kay itu terdengar biasa saja di telingaku. Sudah beberapa minggu ini, berita kematian datang berkunjung ke rumahku, mengabarkan kepergian orang-orang yang kukenal untuk selamanya. Mulai dari anak laki-laki tetangga di ujung sana yang maju ke medan perang, hingga teman sekolah yang dulu cukup akrab denganku. Continue reading London

They Never Know [15/15]

They Never Know

| Continue |

| Dirke X Jozka |

| Friendship, Romance, Life, Love |

Epilog

Kehidupan Selanjutnya

 

[Dirke]

Sebenarnya, rencana melanjutkan pendidikan tidak pernah ada dalam kamus hidupku. Tapi ternyata hubungan singkatku dengan Jozka mengubah diriku dan hidupku. Melanjutkan cita-cita yang pernah disusun Jozka, aku berada di Berlin, mengerjakan thesis di usiaku yang menginjak dua puluh delapan tahun.

“Ingin tambah teh?” tawar seorang pelayan café padaku. Continue reading They Never Know [15/15]